Jumat, 22 Desember 2006
Rabu, 20 Desember 2006
jiwandaru's -exercise-
fren, jiwandaru's
hari rabu, 20 Desember 2006
latihan rutin kumpul di depan kost-an nya andina...
c u guys...
52 Spesies Baru Ditemukan di Hutan Kalimantan
JAKARTA, SELASA--Dalam kurun waktu satu setengah tahun terakhir, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi sekitar 52 spesies hewan dan tumbuhan baru di Pulau Borneo (Kalimantan). Penemuan yang diuraikan dalam laporan World Wildlife Fund (WWF) itu meliputi 30 jenis ikan yang unik, dua jenis katak pohon, 16 jenis jahe, tiga jenis pohon, dan satu jenis tumbuhan berdaun lebar.
"Semakin kita cari, semakin banyak yang kita temukan," ujar Stuart Chapman, Koordinator Internasional WWF Program Heart of Borneo. Penemuan ke-52 spesies itu saja hanya berlangsung antara bulan Juli 2005 hingga September 2006.
Banyak temuan mengagumkan di antara spesies yang baru ditemukan. Antara lain seekor katak pohon dengan mata hijau terang yang mencolok. Sedangkan di Borneo yang menjadi bagian Malaysia, rawa-rawa asam dan aliran air lambat berwarna hitam ternyata menjadi tempat tinggal bagi paedocypris micromegethes, ikan mungil yang panjangnya hanya sekitar 0,8 cm. Ikan yang namanya berarti anak-anak dalam bahasa Yunani ini jauh lebih kecil dibanding semua jenis hewan bertulang belakang, kecuali sepupunya sendiri, yakni ikan berukuran 0,7 cm yang hidup di Sumatra. Juga ditemukan enam jenis ikan Cupang (Aduan), termasuk satu jenis ikan yang sangat cantik dengan pola warna hijau-kebiruan yang berwarna-warni indah. Yang juga unik adalah sejenis ikan lele dengan gigi menonjol dan perut yang memudahkan untuk menempel pada batu. Ikan lele yang memiliki pola warna tubuh menarik ini dinamai glyptothorax exodon, terkait bentuk gigi tonggosnya yang tetap terlihat walau ikan ini mengatupkan mulutnya. Sedangkan alat penghisap di perutnya memungkinkan ia untuk menempel di batuan ketika menghadang derasnya arus Sungai Kapuas. Dari jenis tumbuhan, jenis jahe-jahean yang ditemukan sangat banyak hingga melebihi dua kali lipat jumlah spesies Etlingera yang telah ditemukan hingga saat ini. Selain itu, jenis-jenis pohon dari Borneo bertambah lagi oleh tiga spesies baru dari genus Beilschmiedia. Beberapa spesies yang baru ditemukan ini terdapat di kawasan "Heart of Borneo" sebuah wilayah pegunungan seluas 220 ribu kilometer persegi, yang ditutup oleh hutan hujan tropis di tengah Pulau Kalimantan. Namun WWF memperingatkan bahwa habitat yang luas tersebut saat ini terus terancam oleh konversi hutan untuk dijadikan kebun karet, kelapa sawit dan hutan tanaman industri sebagai bahan kertas. Menurut hasil penelitian organisasi konservasi global, sejak 1996, penebangan hutan di Indonesia telah meningkat rata-rata dua juta hektar tiap tahun dan untuk saat ini hanya separuh dari hutan asli Kalimantan yang masih tersisa, "Area pedalaman yang jauh dan sulit dijangkau, yang merupakan bagian dari kawasan "Heart of Borneo" adalah salah satu benteng terakhir dunia untuk ilmu pengetahuan dan penemuan banyak spesies baru. "Kita tinggal menantikan kejutan yang berikutnya," Chapman menambahkan. " Selain itu hutan ini juga penting sebagai wilayah sumber mata air bagi sungai-sungai utama di pulau ini, dan juga bertindak sebagai suatu "sekat bakar" alami terhadap masalah kebakaran yang sudah membinasakan dataran rendah tahun ini." Pada pertemuan Konvensi Keanekaragaman Biologi (UN Convention on Biological Diversity) yang berlangsung pada bulan Maret 2006 di Curitiba, Brazil, ke tiga Pemerintahan yang memiliki wilayah di Pulau Kalimantan - Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia- menyatakan komitmen mereka untuk mendukung suatu prakarsa untuk memelihara dan melestarikan keberlangsungan "Heart of Borneo". Saat ini diharapkan agar ketiga negara tersebut akan memfinalisasi suatu deklarasi bersama sebagai langkah global dari kepentingan mendesak untuk menempatkan "Heart of Borneo" dalam prioritas konservasi Pulau Kalimantan merupakan salah satu dari dua tempat di bumi- satu lainnya adalah Pulau Sumatra - di mana ditemukan spesies-spesies yang terancam punah seperti orangutan, gajah dan badak hidup berdampingan. Kehidupan spesies liar lainnya yang terancam di Kalimantan antara lain macan dahan, beruang madu, dan Owa-owa endemik. Pulau Borneo merupakan rumah bagi 10 spesies primata, lebih dari 350 spesies burung, 150 reptil dan ampibi serta 15,000 tumbuhan. Sebuah laporan dari WWF yang diluncurkan tahun lalu - Borneo dunia yang hilang: Penemuan Species baru di Borneo (April, 2005) - menunjukkan bahwa antara tahun 1994 dan 2004 sedikitnya 361 jenis yang baru telah ditemukan. Jumlah ini artinya rata-rata ditemukan tiga spesies baru per bulan dalam area yang luasnya sedikit dua kali lebih besar dari Jerman. Jumlah ini mencakup 260 serangga, 50 tumbuhan, 30 ikan air tawar, 7 kodok, 6 kadal, 5 kepiting, 2 ular dan seekor katak. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa masih terdapat ribuan lebih spesies yang belum dipelajari.(*)
Penulis: Wah
Selasa, 19 Desember 2006
Suaka Marga Satwa Dolok Surungan Jadi Kebun Sawit
MEDAN, KOMPAS- Sedikitnya 4.000 hektar lahan Suaka Marga Satwa Dolok Surungan telah berubah menjadi perkebunan sawit akibat perambahan sejak tahun 1979. Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam II Sumatera Utara kesulitan mengembalikan suaka marga satwa yang terletak di tiga wilayah kabupaten tersebut menjadi kawasan konservasi.
Kawasan Suaka Marga Satwa Dolok Surungan berada di wilayah Kabupaten Toba Samosir, Asahan dan Labuhan Batu. Kawasan ini sebelumnya merupakan hutan berdasarkan SK Zelfbestuur tanggal 25 Juni 1924 nomor 50 yang terdiri dari kelompok hutan Dolok Surungan seluas 10.800 hektar dan kelompok hutan Dolok Sihobun seluas 13.000 hektar.
Berdasarkan investigasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Utara, perambahan di Suaka Marga Satwa Dolok Surungan terjadi dalam periode tahun 1979-1080 dan periode tahun 1989 hingga sekarang. Bahkan menurut data Walhi, beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit masih beraktivitas dalam kawasan suaka marga satwa tersebut hingga saat ini.
Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) II Sumut Luhut Sihombing, sulit mengembalikan Suaka Marga Satwa Dolok Surungan menjadi kawasan konservasi jika aparat penegak hukum dan pemerintah daerah tidak serius mengatasi persoalan perambah. “Kami masih terus bekerja sama dengan Polres Tobasa (Toba Samosir) untuk mengatasi perambahan. Bulan Mei lalu sempat ditangkap tiga orang mandor perkebunan, tetapi entah kenapa dilepas. Mungkin karena kurang bukti atau ada alasan lain, saya tidak tahu,” kata Luhut di Medan, Minggu (17/12).
Luhut menuturkan, selain terdapat perkebunan sawit, di dalam kawasan suaka marga satwa juga sudah berdiri bangunan permanen, rumah-rumah penduduk. “Kalau pemerintah daerah belum siap untuk merelokasikan mereka, bagaimana lagi. Kalau dari sisi konservasi kami sudah siap mengembalikan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi,” ujarnya.
Data Walhi mencatat sedikitnya sembilan perkebunan kelapa sawit dan karet, yang dimiliki perusahaan maupun individu, berada dalam kawasan Suaka Marga Satwa Dolok Surungan. Menurut Deputi Eksekutif Daerah Walhi Sumut Hamonangan Sinaga, modus para perambah antara lain dengan memanfaatkan izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Pirbun (Perkebunan Inti Rakyat) dan manipulasi legalisasi lahan yang melibatkan okunum pejabat desa serta kecamatan. Namun menurut dia, aparat penegak hukum seperti polisi seperti membiarkan para pelaku perambahan ini.
Investigasi Walhi Sumut juga menemukan adanya aktivitas pembalakan liar di dalam kawasan. Modusnya dengan membangun koridor jalan di dalam kawasan suaka marga satwa dan menyerobot tanah masyarakat yang berada di perbatasan dengan kawasan. Kawasan Suaka Marga Satwa Dolok Surungan merupakan habitat penting bagi satwa liar dan dilindungi antara lain tapir (Tapirus indicus), kambing hutan, rusa (Cervus unicolor), hariamau sumatera (Panthera tigris sumtrensis) dan siamang (Hylobathes sp). Flora yang tumbuh di kawasan ini antara lain anturmangan (Causarina sp), mayang (Palaqium sp, dan medang (Manglieta sp).
“Memang kami akui sulit untuk mengatasi perambahan yang sudah terjadi sejak tahun 1979. Namun sekarang ini sudah tidak ada lagi perambahan. Kami sedang berkoordinasi untuk menyelesaikan masalah sosial para perambah ini dengan pemerintah daerah,” ujar Luhut.
Hutan Indonesia Terancam Degradasi Hebat
PALEMBANG, KOMPAS - Kawasan hutan Indonesia terancam degradasi lingkungan yang sangat hebat. Kemampuan pemerintah untuk merehabilitasi hutan hanya 1 juta hektar per tahun, padahal kerusakan hutan mencapai 2,8 juta hektar per tahun. Demikian dikatakan Menteri Kehutanan MS Kaban, Sabtu (16/12) di Palembang.
Kaban mengatakan, masyarakat dan perusahaan keduanya terlibat dalam degradasi lingkungan. Pola pikir masyarakat dan perusahaan dalam mengelola hutan harus diubah.
"Masyarakat terpola pada pola pikir budidaya yang sifatnya semusim. Akibatnya dataran rendah dikonversi dari hutan menjadi kawasan budidaya sehingga banjir saat musim hujan dan kebakaran saat kemarau," ujar Kaban.
Menurut Kaban, budaya membuka lahan dengan dibakar bisa diubah dengan memberikan insentif dan pengenalan teknologi pengolahan lahan secara mekanis. Oleh sebab itu pemerintah daerah harus punya anggaran untuk insentif dan pengenalan teknologi.
Kaban mengatakan, 90 persen kebakaran hutan adalah kesengajaan dan lokasinya di kawasan hutan yang diserahkan pemerintah pada perusahaan-perusahaan.
Menurut dia, untuk mengurangi degradasi lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan harus dibuat batasan yang tegas bahwa kawasan hutan tidak boleh berubah fungsi dengan alasan apapun.
Senin, 18 Desember 2006
Hujan
ati-ati ya.. seakrang musimujan, sedia payung atau jas hujan...
jangan main di genangan air, entar cacingan...
klo' hiking ati-ati jangan lewat jalur air, selain sewaktu-waktu air turun, bisa jadi licin n terjal, n belum pernah ditapak orang lain...
yg tinggal di kost ato rumah, ati-ati bocor, jangan ampe naro buku deket jendela ato dibawah bocoran...
udah dulu deh, wish u all luck...
c u..
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status | Makna | Tindakan |
AWAS |
|
|
SIAGA |
|
|
WASPADA |
|
|
NORMAL |
|
|
Sabtu, 16 Desember 2006
nature lover...
buat loe2 pade yg doyang hiking, tracking, jumping, caving and so on... ikutan yuk ngerintis pecinta alam di IAIC.
buat legalitas itu kita msukin di BSO, group pecinta alam IAIC. yg pertama JIWANDARU, masih melingkupi jogja n sekitarnya. buat yg dijakarta,
dah joinan ma bang zoel, n abang2 lainnya.. yang punya duit minta ditemenin tarcking, hiking n lain2... ayo...
kemaren Jiwandaru dah pendakian perdana di gunung lawu, next katanya mau camping aja dulu... mungkin wanagam di wonosari jadi tujuan menarik, ato kali kuning, tp kyknya rawan lahar dingin bro... ato ada yg punya ide lain...
eh, snorkling di karimun kapan neh?
mol, caving donk, bisa pinjem alatnya gak? loe
huhuhuu....
fren, gw tamat mau jalan2 ke rinjani, ayo nabung dari sekarang... gw mah nabung di koperasi... hehehehe... qbot, ntar abis mubes buka rekening koperasi aja pake ad/art iaic aja...
apa lagi ya... rugi
www.jiwandaru.insancendekia.org
Kamis, 14 Desember 2006
existence
kita berhasil merintis sebuah pecinta alam buat IAIC, kita namain JIWANDARU, sesuai dengan artinya PETUALANG.
Mulai tgl 8 Desember 2006 di gerbang Cemoro Kandang jam 22.00 wib kita melakukan pendakian perdana di Gunung Lawu mengatas namakan IAIC dengan nama Jiwandaru.
Pendakian ini sebenarnya sifatnya simbolisasi sifat loyalitas dan kebersamaan, karena dua sifat tersebut yang akan kita pertahankan dalam Jiwandaru.
Pendakian perdana ke Gunung Lawu kita lakukan dengan jumlah crew 13 orang, dipimpin oleh Ketua Mapagama yang juga Sekjen IAIC, Andesmal, lalu Ketua IAIC Ando, terus ada Satrio, Syarif, Q-bot, Yudi, Andina, Icha, Aidil, Juno, Wiwiet, Phepenk, and Batam.
Viva buat semua yang menjadi perintis Jiwandaru, semoga semangatnya terus berjaya.
Memang kita baru sampai shelter 4 tapi selalu ada kata untuk terus mencoba, lagi pula kita memprioritaskan savety procedur, ada yang sakit, dan ini lebih penting dari segalanya.
Ok guys... terakhir kata2 dari Zen "When you reach the summit, keep on climbing"... yang terpenting bukan puncaknya guys, tapi terus dan terus...